Sebuah Protes Untuk...

Saturday, June 21, 2008 | Labels: | |

Selepas pulang kantor, tubuh ini haus akan penat. berpikir, harus kemana kulewatkan waktu? setengah hari pekerjaanku, kurang cukup letih tubuhku untuk bisa merasakan indahnya tidur.

Sambil kuberpikir, satu persatu peralatanku bekerja kumasukkan dalam tas. agenda, buku, dll. Sesampai di trotoar, tangan ini sudah bisa memahami kemana sisa hariku akan kuhabiskan.

Kususuri lorong-lorong penuh buku. Menilik, membaca, tersenyum, merengut, menarik satu, mengembalikan yang lain, melirik, menunduk. Jariku yang sedari tadi menggeser di ujung-ujung buku tiba-tiba berhenti. melihat Surat.... yang menarik minat. Entah siapa yang berminat. Jariku atau hatiku. *Pertanyaan tidak mutu*

Kubaca sampulnya. Ratih Sang. Sembari berdoa *kegiatan yang selalu aku lakukan cuma ingin tahu, kira-kira apa yang Allah tunjukkan padaku* aku membuka satu halaman yang tidak kutahu apa isinya. terlampir sebuah puisi berjudul :

Mekkah Menangis

Hujan begitu lebat di tanah Haram
Air itu mengalir di pipi Masjidil Haram
Angin yang kencang meniup seluruh
Jubah para Jemaah

Mekkah sedang menangis
Menangisi para jemaah yang
Seperti wisatawan datang pada dirinya
Menangisi para tamu-tamu Allah
Yang dengan pongahnya tak mengindahkan kesantunan
Menangisi para tamu...yang ketika pulang
..tak sedikit pun bekas
Ibrahim diperbuatannya,
Ismail di perjalananya,
Siti Hajar pada pengorbanannya

Ya...Mekkah sedang menangis
Menangisi para pelaku thawaf
Yang tak berthawaf pada kehidupannya
Menangisi para perempuan Sa'i
Yang tak pernah bergegas berlari kecil
Melihat kemungkaran diri

Airmata Mekkah begitu dahsyat
Menyapu halaman masjid
Bersama tiupan malaikat
Berkahkah...
Marahkah....

Ah...tak pernah kubayangkan
Dapat kulihat Mekkah sedang menangis
Semoga bukan karena aku...
Semoga bukan karena dia....
Semoga bukan karena anda...

"semoga juga bukan karena saya..." hati ini berkata. Mungkin itu kenapa jariku meraihnya. Untuk membuka jalan bagi hati pemilik jari ini untuk tidak menyimpang dari ketetapanNya.

Aku tidak menimangnya, aku membelinya. Kutulis disini agar semua orang sepertiku memilih jalan yang sama. Jalan terang bersih, indah bercahaya. Jalan yang hanya ada Allah di ujungnya.

Hanya Allah

Bukan Pak Haji atau Bu Hajjah

0 comments: