Sekejap Saja

Saturday, July 19, 2008 | Labels: | 0 comments |

Aku hanya menemanimu ketika sore datang menghampiriku.

Lihat! Di ufuk barat ada petang menunggumu. Datanglah padanya. Berlabuhlah padanya di ujung senjamu.

Tak usah kau ragu. Hadirku hanya untuk menemanimu sebelum petang melumatmu.

Tak usah kau takut akan gelap. Di dalam hatimu masih ada cerah siluet jingga yang akan membimbing langkahmu.

Hadirku hanya sekejap saja menemanimu berceloteh. Kisah kita hanya akan meninggalkan remah-remah kenangan.



a moment to remember - (from korean movie)

Monday, July 7, 2008 | | 0 comments |

Bersama waktu kan kutemui dirimu. Dalam lirih angin malam dan lelah yang tak berkesudahan. Diantara hingar bingar kehidupan yang tak pernah kumengerti dan membuatku muak.



bersama getar langkahku kan kutemui dirimu. Dalam luka kaki yang perih menganga. kan kutinggalkan bercak darah ini sebagai jejakku. Agar suatu hari aku bisa kembali lagi kesini. menanggalkan penat. membaca lagi kenangan.



Bersama mimpi kan kejejali lembaranmu dalam rangselku. Ada yang harus kubawa sebagai tanda. bahwa ada kalanya aku mencipta rasa. rasa yang bisa membawaku terbang tinggi. membelah tabir imaji.



Bersama sepi yang mampu membuatku berpikir jernih kan kuukir namamu. dengan tinta emasku. dengan ukiran terbaikku. kan kupahat disini. di pohon favoritku. tempatku mencari sekeping demi sekeping logam emas ilahi.

Sebuah Rasa

Tuesday, July 1, 2008 | | 0 comments |

Suara debur ombak masih berirama. Mencium gendang telinga. mengiyakan detak jantung yang berirama sama. kutekuri jari jemari kakiku. yang semakin menghujam ke dalam lingkaran pasir. Aku tersenyum. betapa indahnya...
terik matahari tak lagi panas. lidah-lidah air asin menjilati kakiku. dingin. sekali lagi kutekuri jari jemariku. sudah tenggelam. sudah tidak kelihatan. mungkin aku akan terpaku disini. untuk beberapa saat. untuk beberapa waktu.
Masih kunikmati sentuhan lembut angin menyentuh kulitku. dingin menggigil tapi rupanya kulitku tak perduli. masih saja kunikmati pantai ini. hamparan air birunya yang bisu. semburat warnanya berdominasi merah.
Akan kubingkai warnanya. akan kurekatkan nuansa biru didalamnya. Akan ku tempatkan semilir dingin ini diantaranya. agar bisa kukenang lagi, bagaimana rasanya.
Inilah nuansa cinta. ketika warna merah membuatku terpana. ketika biru membuatku bisu. ketika dingin membuatku beku. inilah nuansa cinta, yang tidak punya logika...hanya beberapa sisipan rasa dan taburan asa. Sekali lagi kutersenyum. Betapa Allah dan segala kebesaranNya.
Malam telah memanggilku. Suara desingannya membuatku tersadar. kulirik jemari kakiku lagi. pasir-pasir kali ini tak lagi merangkulku. lidah-lidah asin itu telah pergi. maka kupamitkan sebait doa. semoga di lain waktu kita akan bertemu lagi. ketika mendung tidak menghalangi. ketika badai tidak menghampiri...
kupalingkan wajahku tuk terakhir kali. bersama bingkai memori di tangan kiri. kulambaikan tangan sekali lagi. agar dia tahu bahwa akan ada senja yang lain esok hari. bersama merahnya. bersama birunya. bersama dinginnya.

Senjaku

Sunday, June 29, 2008 | | 0 comments |

Sepotong senja aku keratkan untukmu. Ada matahari. Ada nyanyian burung camar. Ada deburan ombak. Riak-riak keemasan. Tak lupa aku masukkan semilir angin. Aku bungkus dalam plastik jingga. Semoga kau suka. Aku harap!

Sayang!
Di atas piring aku hidangkan senja itu: sebutir telur dadar mata sapi. Nikmatilah kuning telur itu. Cerah yang semoga akan memberikan kecerahan untuk dirimu. Alunan camar dan deburan ombak akan menghadirkan kidung untukmu dikala malam. Semilir angin itulah yang membawa pesanku untukmu. Dengarkanlah. Semoga kau suka.

Aku hanya bisa mengeratkan senja jingga untukmu. Maaf! Jika ada kelabu yang mengotori senja itu. Aku tak mampu menghadirkan senja cerah untukmu. Karena tanganku mengotorinya. Sekali lagi, maaf! Aku sama denganmu, manusia yang berusaha menyucikan diri dengan beribadah pada-Nya.

Aku hanya bisa memberikan senja itu sekali. Aku tak kuasa mengeratkan sekali lagi untukmu. Nyawaku hanya satu. Seandainya aku kucing, maka akan aku hidangkan senja sembilan bungkus untukmu. Aku ingin melihatmu tersenyum secerah jingga itu. Sekali saja. Semoga kau bisa. Aku harap!

Senja itu kau telan dalam petang rongga mulutmu. Kau cerna dalam kegelapan perutmu. Tapi, senja itu akan mewarnai hatimu untuk kembali cerah.

Sayang!
Pada langit senja aku tulis nama kita. Aku lukis juga wajahmu. Pesonamu akan menerangi malam ini. Maaf! aku tak bisa menemanimu dikala malam. Petang telah membunuhku, menelanku dalam kegelapan. Saatnya kita berpisah.
"Aku akan merindukanmu"
Apakah hatimu akan kembali meredup? Apakah senjaku tak bisa membuatmu bersinar? Hanya senja itu yang mampu aku berikan sebelum aku pergi. Seperti katamu ada saatnya kita akan berpisah.

Nikmatilah senja itu...
Carilah serpihan senja diantara puing-puing hatimu yang telah roboh. Kau pasang pilar-pilar untuk menompang hatimu yang layu. Pancangkanlah sekokoh tiang-tiang iman yang engkau bangun perlahan.

Terima kasih telah meminjamkan tanganmu untuk menopangku ketika mengapai tingginya senja.





Aku Ingin Memutar Waktu

Monday, June 23, 2008 | Labels: | 0 comments |

Sebuah ucapan jiwa lagi dari buku Ratih Sang yang sangat menyentuh cinta saya...

Ibu...
Usiamu telah di ujung senja
Dan hitungan usia itu telah kumaknai dengan adanya kerut di wajahmu
Aku ingat ketika melahirkan anakku
Kutanya padamu...
"Ibu, apa dulu aku juga menyakitimu seperti ini?"
kau mengangguk seraya menuntunku mengambil nafas yang benar
Pembukaan demi pembukaan kelahiran kulalui dengan banyak peluh yang keluar
Kau usap peluh itu dan kau bisikkan
"Anakku, inilah detik-detik kau disempurnakan olehNya sebagai perempuan..
Bertahanlah...sempurnakan kesempurnaanmu"
Ibu...
Rambutmu yang tak lagi hitam
Warna hitam itu lenyap dalam genggaman waktu
Aku ingin ketika punggungku sakit karena menyusui
Kutanya padamu...
"Ibu seringkah dulu aku membangunkanmu di tengah malam dengan lengkingan tangisku?"
Kau mengangguk seraya memijit punggungku dan kau bisikkan
"Anakku, air kehidupan di dadamu adalah bentuk kecintaanNya pada perempuan, lakukanlah agar anakmu sempurna sepertimu"
Ibu...
Jalanmu tak lagi cepat dan tegak
Kau memerlukan tongkat atau apa saja untuk penyangga
Aku ingat ketika aku telah menitah anakku jalan
Kutanya padamu...
"Ibu, pernahkah kau khawatir kakiku ini melangkah ke tempat yang salah?"
Kau mengangguk seraya berkata...
"Anakku, kakimu akan berbicara ke mana saja dia melangkah...berdoalah padaNya agar diperingan hukuman pada kakimu"
Ibu...
Tanganmu tak lagi halus
Keriput datang bersama dengan pengorbananmu pada dunia
Aku ingat ketika kusibuk di perapian dan mempersiapkan makanan
untuk bidadari kecilku
Kutanya padamu...
"Ibu, sedihkah engkau ketika dulu tak kumakan masakan hasil jerih payahmu?"
Kau mengangguk seraya mengelus kepalan tanganku
"Anakku, makanan yang dibuat dengan bumbu cinta dan bahan ridhoNya, adalah makanan yang sempurna di perut anakmu dan di hadapanNya"
Ibu..........
Matamu memerlukan kacamata sebagai penyambungnya
Lamur itu dayang sebagai ucapan selamat datang pada ketuaan
Aku ingat ketika ku bosan membimbing anakku membaca dan mengenalkan Al Qur'an padanya
Kutanya padamu...
"Ibu, cemaskah engkau akan bacaan-bacaan yang kubaca ketika ku remaja"
Kau mengangguk dalam-dalam seraya berkata...
"Anakku, mata terkadang lupa, apa yang dilihat akan dipertanggungjawabkan dihadapan Sang Pencipta, bijaksanalah terhadap matamu"
Ibu, kungin memutar waktu kembali
Agar kudapat menghapus keperihan jiwamu
Agar kudapat meratakan kesedihan pengorbananmu
Ibu kuingin memutar waktu kembali
Tapi aku tak bisa...Aku tak mampu
Maafkan Ibu.......
Maafkan aku......
Maafkan aku.....
nune wrote:
duhai wanita yang terletak surga di telapak kakinya, permata hati yang mampu meredam amarah dunia
terima kasih untuk cintamu.
note : buat ibu muda yang ingin membahagiakan pangeran kecilnya di hari jadi. "mom, dia tahu cintamu lebih berharga dari setumpuk materi. Jangan ajari anakmu lebih cinta materi daripada cintanya padamu, terlebih lagi cintanya kepada sang pemilik hidup"
...i love u mommy...