Senjaku

Sunday, June 29, 2008 | | |

Sepotong senja aku keratkan untukmu. Ada matahari. Ada nyanyian burung camar. Ada deburan ombak. Riak-riak keemasan. Tak lupa aku masukkan semilir angin. Aku bungkus dalam plastik jingga. Semoga kau suka. Aku harap!

Sayang!
Di atas piring aku hidangkan senja itu: sebutir telur dadar mata sapi. Nikmatilah kuning telur itu. Cerah yang semoga akan memberikan kecerahan untuk dirimu. Alunan camar dan deburan ombak akan menghadirkan kidung untukmu dikala malam. Semilir angin itulah yang membawa pesanku untukmu. Dengarkanlah. Semoga kau suka.

Aku hanya bisa mengeratkan senja jingga untukmu. Maaf! Jika ada kelabu yang mengotori senja itu. Aku tak mampu menghadirkan senja cerah untukmu. Karena tanganku mengotorinya. Sekali lagi, maaf! Aku sama denganmu, manusia yang berusaha menyucikan diri dengan beribadah pada-Nya.

Aku hanya bisa memberikan senja itu sekali. Aku tak kuasa mengeratkan sekali lagi untukmu. Nyawaku hanya satu. Seandainya aku kucing, maka akan aku hidangkan senja sembilan bungkus untukmu. Aku ingin melihatmu tersenyum secerah jingga itu. Sekali saja. Semoga kau bisa. Aku harap!

Senja itu kau telan dalam petang rongga mulutmu. Kau cerna dalam kegelapan perutmu. Tapi, senja itu akan mewarnai hatimu untuk kembali cerah.

Sayang!
Pada langit senja aku tulis nama kita. Aku lukis juga wajahmu. Pesonamu akan menerangi malam ini. Maaf! aku tak bisa menemanimu dikala malam. Petang telah membunuhku, menelanku dalam kegelapan. Saatnya kita berpisah.
"Aku akan merindukanmu"
Apakah hatimu akan kembali meredup? Apakah senjaku tak bisa membuatmu bersinar? Hanya senja itu yang mampu aku berikan sebelum aku pergi. Seperti katamu ada saatnya kita akan berpisah.

Nikmatilah senja itu...
Carilah serpihan senja diantara puing-puing hatimu yang telah roboh. Kau pasang pilar-pilar untuk menompang hatimu yang layu. Pancangkanlah sekokoh tiang-tiang iman yang engkau bangun perlahan.

Terima kasih telah meminjamkan tanganmu untuk menopangku ketika mengapai tingginya senja.





0 comments: