"Bisa dong beli sekarang, kan bunganya 0%...

Monday, May 26, 2008 | Labels: | |




Sebuah slogan yang selalu saya terima setiap bulan ketika tagihan kartu kredit datang. Private & Confidential mengawali tulisan diatas nama surat dan alamat surat penagihan. 2 lembar kertas glossy berwarna kontras dilipat di atas lembar tagihan. Saya tidak melihat tagihan saya dulu. Mata saya terpana melihat begitu banyak produk yang ditawarkan dengan harga yang bombastis.

JKT-SINGAPORE
BUY 1
GET 1
Only
USD 60
Period: may 10-june 10,2008

BOOK NOW!!
Niaga travel services:
021-720…

Headline yang ditulis di selembar brosur begitu 3 lipatan kertas tersebut saya tarik dari dalam amplop. Saya, yang sangat maniak jalan-jalan tentu saja tertarik. Dengan harga segitu saya bisa terbang ke Singapore. Walaupun setelah di buka lembar berikutnya, saya masih disodori persyaratan yang membuat harganya tidak seperti yang diiklankan, saya tetap berkeinginan pergi. Kenapa? Karena nilai yang ditawarkan jauh lebih murah daripada saya mengurus sendiri semua keperluan saya.

Dan lebih hebatnya lagi, semuanya bisa dibayar dengan nyicil!!! Begitu hebatnya kata2 kredit ini sampai-sampai saya sudah berangan angan saya berada di orchard road singapore menikmati senja di negara berpenduduk minim itu.

Kemudian saya berpikir. Apakah ada di era ibu (mama saya dulu) belanja-belanja seperti ini? Membeli dvd player dengan cicilan tanpa agunan, membeli laptop dengan cicilan tanpa agunan, plesiran ke luar negeri tanpa mikir harus menyiapkan uang berapa.

Begitu mudahnya manusia-manusia millenium ini mengkonsumsi barang-barang mewah membuat kita menjadi manusia-manusia hedonis. Mall bertebaran dimana mana, beli kredit tanpa agunan, pinjaman tanpa proses berbelit membuat beberapa dari kita menjadikan kebutuhan tertier menjadi primer. Dan pada akhirnya membuat begitu banyak nafsu-nafsi yang bersifat mubadzir memudharatkan perilaku kita.

Fiuuuuhhhhh!! Saya mengusap peluh di dahi saya. Setelah berbinar-binar melihat dan membaca artikel di 2 lembar brosur di atas tagihan saya, saya dikembalikan lagi ke kenyataan tentang jumlah tagihan saya di lembar ketiga.
Ibu menengok jumlah tagihan saya dari balik bahu saya. Sejenak senyum geli terpancar dari wajah beliau. Geli, karena jumlah tersebut mampu membuat keluh peluh dari dalam diri saya keluar. Ibu berkomentar tidak ada yang begitu begituan di jaman ibu. Hehehehe, ya! Di saat-saat seperti ini saya berharap saya hidup di jaman ibu. Tidak tergiur oleh indahnya tertier. Tidak terbayang cantiknya tangan saya memakai jam cartier.
wrote by nune